Pontianak – Melalui pelatihan intensif selama tiga hari bersama Liyan Mirzani, influencer kecantikan di Kalimantan Barat, 30 perempuan difabel yang tergabung dalam D’MUA Community kini siap menjalankan profesi sebagai make-up artist. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara PLN UIP Kalimantan Bagian Barat dan Yayasan Parapreneur Indonesia Bahagia, sebagai bagian dari inisiatif pemberdayaan perempuan difabel di Kalimantan Barat. D’MUA Community diharapkan dapat menjadi wadah bagi para perempuan difabel untuk berkarya secara profesional di bidang tata rias.
Salah satu peserta, Andi Syafira, seorang perempuan disabilitas netra, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan melalui program ini. Ia merasa bahwa pelatihan tata rias ini membuka jalan bagi dirinya dan rekan-rekan difabel lainnya untuk membangun karir di dunia kecantikan. “Saya sangat berterima kasih kepada PLN dan Yayasan Parapreneur Indonesia Bahagia atas kesempatan ini. Kami difabel, yang sebelumnya merasa minder dan tidak percaya diri, kini bisa tampil lebih berani dan optimis dalam menjalani profesi make-up artist,” ujar Andi.
Ketua Yayasan Parapreneur Indonesia Bahagia, Adi Warna, mengapresiasi semangat dan antusiasme para peserta pelatihan. Menurutnya, D’MUA Community merupakan salah satu langkah konkret yayasan dalam menciptakan peluang ekonomi bagi perempuan difabel. Selain itu, yayasan juga memiliki visi jangka panjang untuk menciptakan 100 unit usaha bagi penyandang disabilitas di berbagai bidang, termasuk tata rias. “Kami percaya bahwa melalui program ini, para peserta tidak hanya mendapatkan keterampilan teknis, tetapi juga dukungan moral dan rasa percaya diri untuk mengubah hidup mereka,” jelas Adi.
Mustaat Saman, Pembina Yayasan Parapreneur Indonesia Bahagia, juga menyampaikan pandangannya terkait pentingnya program ini dalam menghilangkan stigma masyarakat terhadap kelompok difabel. Menurut Mustaat, dukungan dari tokoh-tokoh inspiratif seperti Lismaryani, Ketua PMI Kalimantan Barat, dan Liyan Mirzani, turut berperan besar dalam membangun kesadaran sosial tentang inklusivitas. “Kami berharap D’MUA Community dapat menjadi contoh yang menginspirasi program serupa di daerah lain, sehingga para penyandang disabilitas dapat lebih dihargai dan diberdayakan,” kata Mustaat.
Dengan dukungan penuh dari PLN, Yayasan Parapreneur Indonesia Bahagia, serta berbagai pihak terkait, D’MUA Community diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi para anggotanya. Andi Syafira dan rekan-rekannya kini siap menghadapi masa depan yang lebih cerah dengan bekal keterampilan dan keyakinan diri yang lebih kuat. Mereka berharap program seperti ini akan terus berlanjut, tidak hanya di Pontianak, tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk mendorong pemberdayaan perempuan difabel di berbagai bidang. (Editor:Rom)